Senin, 16 Maret 2009

Prosedur UASBN Masih Berubah-ubah

Senin, 12 Mei 2008 | 18:34 WIB



SEMARANG, SENIN- Beberapa Sekolah Dasar di Kota Semarang masih mempertanyakan beberapa prosedur Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) yang akan dilaksanakan mulai Selasa (13/5) besok. Prosedur seperti penetapan nomor urut ujian dan cara pengisian nomor urut masih berubah-ubah.

Menurut Kepala SD Negeri Taman Pekunden, Kota Semarang, Jawa Tengah, Budi Rekiyowati, banyak perubahan yang hingga saat ini belum ditetapkan. Misalnya saja penetapan nomor urut siswa yang terus berubah. "Hari ini kami sudah mengubah nomor beberapa kali untuk menyesuaikan dengan pusat," kata Budi, Senin (12/5).

Ia mengatakan, perubahan nomor urut UASBN membuat guru harus berulang kali mengganti dan mengoreksi nomor. Guru harus mengganti nomor yang sudah siap di tempel di meja masing-masing anak dengan nomor baru yang ditetapkan pusat, menuruti informasi dari Dinas Pendidikan Kota Semarang.

"Selain itu, pengisian nama dan alamat siswa kelas VI SDN Taman Pekunden di tingkat Dinas Pendidikan Cabang Kecamatan Semarang Tengah masih acak, sehingga para guru harus beberapa kali membenahi data di sana," kata Budi. Pengecekan daftar identitas siswa berulang kali ini menyebabkan lambatnya informasi yang akan dimasukkan di data Dinas Pendidikan Kota Semarang.

Menganggapi beberapa perubahan yang justru terjadi mendekati UASBN ini, Budi mengatakan, pelaksanaan UASBN yang baru pertama kali dilakukan ini belum benar-benar matang di lapangan. "Namun apa pun perubahan itu, sekolah siap melaksanakan," kata Budi.

Menurut Yohanes Subekti, guru kelas VI SD Badan Pendidikan Kristen Nasional (Bapkrin) Kota Semarang, tidak adanya kisi-kisi soal UASBN menyulitkan guru dalam mengajar. "Tidak ada batasan yang jelas. Berbeda dengan SMA, sebelum UN mereka mendapat Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang berguna sebagai prediksi soal UN," kata Subekti.

Batasan ini sangat dibutuhkan, karena materi mata pelajaran yang harus dikuasai anak kelas VI SD sangat luas, mencakup materi dari kelas I hingga kelas VI. Karena itu, kata Subekti, setiap kal i mengajar guru harus mengulang materi-materi dasar yang belum dikuasai atau dilupakan murid.

a08

Tidak ada komentar:

Posting Komentar